21-22 Agutus 2007 | 19.00
Rp. 100.000
Retrospeksi IWAN TIRTA
Sebuah retrospeksi Batik klasik, dipersembahkan melalui pergelaran Opera Klasik Jawa
Taman Ismail Marzuki
Graha Bhakti Budaya,
Jl. Cikini Raya 73 Jakarta
T 3193-7325 | tiketbox: http://ticketbox.detik.com
Pengarah Artistik Iwan Tirta Tata Tari, Sutradara & Penulis Naskah Wasi Bantolo Tata Musik Blacius Subono Tata Cahaya & Artistik Panggung Iskandar K. Loedin Tata Suara Totom Kodrat Tata Busana Hartoyo Penasehat Artistik Tata Busana KRAy. Maktal Dirdjodiningrat Penasehat Artistik Koreografi Elly D. Luthan Penasehat Artistik Tata Keris Haryono Haryoguritno Assisten Produser Retno Hemawati, Sodikin Co-Produser Sandiantoro, Fafa Utami, Y. Vikochenko Produser Bram & Kumoratih Kushardjanto
Dari Kumoratih Darmawan :
Iwan Tirta mengeluarkan kain-kain klasik yang dibuatnya sejak 30 tahun yang lalu dan merupakan motif-motif langka. Bukan hanya kain-kainnya saja, tetapi juga perhiasan dan kerisnya. Keris-keris yang dikenakan penari disesuaikan dengan karakteristik tokoh wayang yang diperankannya. Dalam hal ini, Museum Pusaka banyak mendukung. Sebagian besar keris-keris yang dikenakan penari adalah koleksi Museum Pu saka.
Kalau biasanya sebuah peragaan adibusana yang menggunakan para model yang berjalan di atas catwalk, batik klasik Iwan Tirta ini diperagakan oleh para penari klasik tradisional Jawa dalam format opera (dalam bahasa Jawa biasa disebut dengan langendriyan) yang bisa juga dibilang mulai langka.
Kenapa dikemas dalam format opera, tidak lain supaya ekspresi keanggunan, keagungan dan keindahan akan muncul jika batik diletakkan dalam satu kesatuan estetika yang terbingkai dalam konteks kebudayaan yang melahirkannya. Yang mana, ekspresi tersebut boleh jadi tidak akan 'muncul' jika dipamerkan dalam bentuk peragaan busana biasa yang terlepas dari akar tradisinya.
Pergelaran Opera "Tandhing Gendhing" ini adalah perpaduan antara batik, wayang, keris. Dalam tradisi Jawa, satu bentuk seni terkait dengan bentuk seni lainnya. Batik, wayang, keris. Ketiganya tak terpisahkan, dan merupakan sebuah totalitas antara seni rupa dan seni pertunjukan.
Langendriyan adalah salah satu bentuk teater tari tradisional yang memiliki posisi penting pada masanya. Langendriyan diciptakan pada masa abad ke 18 di Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Raden Mas Haria Tandakusuma, menantu dari Mangkunegara IV (1853-1881) menciptakan versi Surakarta, sementara Raden Tumenggung Purwadiningrat dan Pangeran Mangkubumi menciptakan versi Yogyakarta (1876).
Langendriyan diiringi dengan orkestra gamelan, dimana dialog para pemain menggunakan tembang. Langendriyan memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, sehingga menuntut kemampuan yang prima dari seniman pendukungnya, mulai dari olah tari, vokal hingga kemampuan teater.
Bentuk tarian pria berangkat dari bentuk Wireng (tarian perang), salah satu jenis tari yang lazim di Kasunanan Surakarta, yang mana hanya ditarikan oleh pria. Wireng memiliki jenis dan ragam yang bermacam-macam, namun secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu wireng beksan dugangan seperti tari Band abaya, dan wireng beksan alusan seperti tari Dhadap Karno Tinanding. Wireng sudah mulai jarang ditarikan, dan kini dapat disebut sebagai salah satu bentuk tarian yang langka.
Langendriyan menuntut kemampuan teknik yang sangat tinggi meliputi tari, olah vokal dan kemampuan akting. Dialog akan dilantunkan dalam bentuk tembang (lagu) sehingga tentunya juga menuntut teknik vokal yang prima dari para penari. Di sisi lain, pemilihan penari dilakukan melalui proses audisi yang ketat. Selain memiliki kemampuan teknis yang prima, mereka pun harus memiliki postur tubuh yang cocok untuk memperagakan adibusana dan kain batik klasik Iwan Tirta.
Ditarikan oleh 7 orang penari laki-laki dan 2 orang penari perempuan, koreografi ini akan diiringi oleh orkestrasi gamelan dengan komposisi musik yang diolah dari repertoire klasik tradisional Jawa. Di sisi lain, di jaman sekarang ini cukup sulit mencari penari-penari muda dengan kualifikasi seperti itu.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment