La Cellula

Art Summit V 2007
International Festival on Contemporary Performing Arts

La Cellula (Perancis)
1 November 2007

Graha Bakti Budaya
Taman Ismail Marzuki
Jl. Cikini Raya 73, Jakarta 10330
T 337-325, 334-740, 315-4087
F 334-720
www.tamanismailmarzuki.com


Di tengah minimnya penyelenggaraan festival seni kontemporer di negeri ini, festival Art Summit Indonesia kembali digelar selama sebulan penuh. Festival 3 tahunan yang telah menapaki tahun ke-5 ini berlangsung tanggal 1 s/d 30 Nopember 2007 di kompleks TIM, Gedung Kesenian Jakarta dan Goethe Institut. Festival ini dipersembahkan untuk rakyat Indonesia khususnya generasi muda agar dapat mengenal dan lebih dekat dengan seni pertunjukkan kontemporer.

Arts Summit adalah festival tiga tahunan yang diawali pada tahun 1995, lahir dari kesadaran bahwa semakin banyak manusia di dunia ini yang mau tidak mau tercemplung di dalam suatu situasi multikultural.
Sejalan dengan kecenderungan itu, penciptaan seni, khususnya seni kontemporer juga menjadi semakin melintas batas.
Dalam perkembangan seni pertunjukkan kontemporer akhir-kahir ini, arah perjalanan eksplorasi tidak hanya berangkat dari barat, melainkan sebaliknya, para koreografer, komponis serta sutradara teater, bergerak dari titik tolak sumbernya yang ada di dunia timur. Bahkan terdapat minat yang besar untuk melakukan kolaborasi antara seniman dari berbagai latar budaya.

Jakarta Post, Monday, October 29, 2007

Jakarta to host contemporary arts festival

The Jakarta Post, Jakarta — Art lovers in Jakarta will be delighted to hear that the city plans to hold a contemporary arts festival for the entire month of November.

"The festival will feature the best and 14 perfroming artists from 11 countries, including Indonesia," said Putu Wijaya, the event organizing committee head for Art Summit Indonesia V 2007 on Friday.
Putu said the committee had chosen the artists based on their quality, background and work.
Some of the artists, such as dancers Diez y Diez Danza from Spain and Angela Liong from Singapore will premier work in the festival; while Dorky Park from Germany will have its debut in Asia.

ASI V 2007 will be held at Taman Ismail Marzuki (TIM) in Cikini, Jakarta Playhouse in Pasar Baru and Goethe Institut in Menteng, all in Central Jakarta.
Three Indonesian artists performing in the festival are Made Sidia with his Wayang Listrik (Electric Wayang), monologist Butet Kertarejasa and Jecko Siompo, a dancer.
However, unlike previous years, Putu said there would not be any visual arts in this festival.
"We have to compromise due to the lack of funding," he said.

The first ASI, which featured dance and music, was held in 1995 under the initiative of Edi Sedyawati, the then-director general of culture at the Education and Culture Ministry.
The second ASI was held during the reform year in 1998, and was almost canceled by the organizer because the team thought it was inappropriate to hold a festival at the time.
"However, on second thought, we realized that people needed art to feed their soul, therefore we held the summit," he said.

The ASI is held every three years. The first ASI involved 15 groups from nine countries; the second one was followed by 15 groups from eight countries, featuring performing arts, such as dance, music and theater; the third ASI in 2001, which had the same concept as the second one, was followed by 17 groups from 10 countries; and the fourth ASI in 2004 was followed by 15 performing artists from 10 countries and 25 visual artists from six countries.

Playwright Ratna Riantiarno, who is also on the organizing committee, said she was happy the city could hold the festival.
"It's amazing how performing artists from overseas eagerly want to participate in this festival.
"However, I feel sad, though, because it's not easy to get sponsorship from local partners," she said.

Kompas Senin, 22 Oktober 2007

Seni untuk Perenungan
Seni Pertunjukan Tanpa Sekat

Jakarta, Kompas - Seni kontemporer boleh jadi peminatnya tidak sebanyak seni populer dan hanya diapresiasi kalangan terbatas. Namun, di dalam seni kontemporer sebenarnya ada banyak perenungan dan pencarian sehingga menjadi sangat penting.

"Kegiatan Art Summit merupakan kegiatan prestisius, sebuah jendela diplomasi publik buat Indonesia di mata mancanegara. Ada kemungkinan di dalam negeri peminatnya sulit berkembang sebagaimana hakikat seni kontemporer. Namun, faktanya, Art Summit kini sudah mulai dikenal secara luas, antara lain melalui website. Itu sebuah hasil yang sangat positif," ujar sastrawan dan sutradara Putu Wijaya yang menjadi Ketua Tim Artistik Art Summit Ke-5, Sabtu (20/10).

Festival internasional seni pertunjukan kontemporer Art Summit Ke-5 Tahun 2007 berlangsung pada 1-30 November 2007 di Taman Ismail Marzuki, Gedung Kesenian Jakarta, dan Goethe- Institut.
Seni kontemporer yang difestivalkan merupakan hasil pencarian, perenungan, dan kontemplasi yang mencoba menembus jalan ke depan untuk kebahagiaan dan peningkatan peradaban manusia.

Tanpa sekat

Panitia, menurut Putu, mengarahkan kembali Art Summit secara lebih tajam pada seni pertunjukan dan kali ini tidak akan ada sekat-sekat, misal seni tari, teater, dan musik, tapi membebaskannya. "Kami melihat pada kekinian dan kepada yang terbaik saja sambil masih mempertahankan pada penciptaan," ujar Putu.

Tim artistik yang bertugas sebagai kurator terdiri dari Putu Wijaya, Sri Hastanto, Boy G Sakti, Julianti Parani, N Riantiarno, dan Otto Sidharta.
"Dari berbagai keterangan dan contoh karya dalam CD, tim artistik memutuskan mana yang dianggap layak untuk ikut serta. Bahan-bahan itu kami simak bergiliran dan tak jarang kami tonton bersama di dalam rapat. Keputusan selalu melalui perundingan," ujarnya.

Keistimewaan tahun ini, Diez Y Diez Dansa dari Spanyol dan Angelina Leong dari Singapura akan menyajikan karya world premiere, yaitu karya yang belum pernah mereka pentaskan di mana pun sebelumnya. Sesuai tema, To Join The Diversity, panitia mengundang siapa saja untuk mengapresiasi. Dari Indonesia, Wayang Listrik akan memainkan teater wayang dan Butet Kartaredjasa mempersembahkan teater monolog Sarimin.

Peserta dari luar negeri di antaranya, Ensemble Omega and Bernd Asmus (musik, Jerman), El Hanager (teater, Mesir), Astad Deboo and Manipuri Dance Troope (tari, India), New Zealand Trio and Jack Body (tari, Selandia Baru), Dorky Park and Constanza Macras (tari, Jerman), dan A Soon Dance Company (tari, Korea)

Sejumlah grup yang telah terdaftar terpaksa dibatalkan karena permintaan dana ada yang akhirnya dibatalkan karena permintaan dana yang terlalu besar. Pihak panitia membantu penampil luar negeri dengan dana 1.000- 2.000 dollar AS plus akomodasi di Jakarta. (INE)

0 comments:

Your Ad Here